Perjuangan yang Melenceng dari Organisasi Ekstra Kampus

Sedikit membahas tentang organisasi, pasti tidak luput dengan yang namanya perkaderan. Saya belakangan ini mendapati fakta yang menatik tentang keaktifan kader di dalam suatu organisasi.  Saya mendapatkan jawaban yang menarik untuk didiskusikan terkait mengapa beberapa kader tidak aktif atau jarang memberikan kontribusi terhadap organisasinya.

Sebelum kita beranjak lebih jauh, saya membatasi pembahasan ini. Karena yang saya temui adalh kader organisasi ekstra yang tidak aktif atau jarang erkontribusi di organisasinya. Maka jawaban ini atau pembahasan ini hanya sebatas itu saja.

Satu minggu yang lalu, tepatnya hari Sabtu tanggal 15 Desember, jurusan saya mengadakan pemilihan ketua himpunan mahasiswa program studi yang dipilih menggunakan jalan musyawarah besar dan kebetulan saya adalah ketua pelaksana dari acara tersebut. Syukur, acara tersebut beralan dengan lancar.

Setelah acara tersebut, beberapa hari kemudian, saya berkunjung ke rumah teman saya satu kelas tepatnya selasa sore. Saya berbincang tentang keluh kesah saya sebagai ketua pelaksana sekaligus membahas perpolitikan di dalam jurusan kami yang sudah berjalan. Walau kami beda organisasi ekstra dan sekaligus beda kubu, jika ditilik dari organisasi ekstra, namun kami sudah memiliki kesepakatan awal untuk saling berkoalisi.

Singkat cerita, dia mengaku tidak terlalu suka dengan urusan perpolitikan atau perebutan kekuasaan di kampus yang dilakukan oleh organisasi ekstranya. Walaupun dia aktif di organisasi ekstranya, begitu juga dengan saya, tapi dia tidak pernah mengurusi maupun mencari kekuasaan di kampus. Dia muak atau bisa dibilang bosan dengan perebutan kekuasaan yang dilakukan organisasinya.

Dari situ, saya mendapati bahwa hal itu bukan hanya terjadi di organisasi ekstranya namun juga di organisasi ekstra yang saya ikuti. Semuanya sama, kader-kader mereka dicekoki dengan nafsu akan kekuasaan kampus. Inilah yang membuat banyak kader tidak aktif di organisasi tersebut. Mereka belum cukup matang atau belum siap untuk ikut mencari kekuasaan.

Saya tidak suka ketika ada seorang kader yang gayanya berkoar-koar dan bermain politik di kampus, namun dia tidak matang di organisasinya. Bahkan beberapa yang saya temui, tujuan dan sejarah organisasinya saja tidak hafal. Bagaimana dia mau disebut kader militan? Bagaimana mau mengamalkan nilai-nilai organisasinya?

Saya mengutuk politik kampus yang tidak sehat dan meluruhkan idealisme mahasiswa! Kebanyakan politik mahasiswa terbentuk dari organisasi ekstra yang mereka ikuti. Saya akui bahwa organisasi ekstra sangatlah baik, apapun itu, nilai-nilai dan sejarah yang mereka bangun sama bagusnya. Kader-kader yang mengamalkan nilai-nilai organisasi pasti akan memperjuangkan idealisme organisasi. Namun, kader-kader yang buta dan haus kekuasaan akan memperjuangkan peraihan kekuasaan saja. Ini yang kemudian saya sebut sebagai perjuangan yang melenceng dari organisasi ekstra. Tidak lagi memperjuangkan idealisme, tapi memperjuangkan kekuasaan.

Comments

Popular Posts