Titik Balik, di Tengah Masa Kuliah

Titik balik. Sebuah istilah untuk menyebut suatu masa atau titik di mana kita mengalami perubahan besar. Titik balik kali ini bukan soal nasib mujur atau kejadian besar, tapi tentang pola berpikir. Perubahan cara berpikir yang dipengaruhi dari kejadian-kejadian kecil di kehidupan, namun memiliki arti mendalam bagi pemikiran.

Masa awal kuliah, buku dan diskusi menjadi konsumsi sehari-hari. Terkagum dengan budaya akademik menjadikan diri seakan termakan oleh idealisme. Belajar untuk keperluan akademis dan keingintahuan semata.

Prioritasnya adalah untuk belajar ilmu-ilmu murni yang tak tahu akan dibuat apa. Ikut kegiatan hanya untuk mencari ilmu dan yakin akan mendapat relasi yang dapat dimanfaatkan. Dan diskusi ke sana ke mari mencari sesuatu yang tak tentu.

Semester lima, mulai berpikir apa yang dapat dipersiapkan untuk menghadapi kelulusan. 

_catatan_

Tulisan ini terjeda selama berbulan-bulan. Ditulis ketika masih mengerjakan skripsi dan dilanjutkan lagi ketika sudah wisuda, namun masih belum bekerja.

___

Ketika semester lima, mulai belajar keluar. Keluar dari apa yang biasa dilakukan semasa itu. Tak lagi mencari tempat diskusi yang hanya membahas filsafat yang rumit atau masalah agama yang klise pembahasannya. Tak hanya memikirkan tugas kuliah semata, mencari kemungkinan lain, belajar skill baru.

Di sini lah sepertinya titik balik itu muncul. Rasanya, hal-hal baru yang datang atau keputusan yang dibuat membuka banyak hal. Apa-apa yang dulu dilakukan rasanya akan semakin tak jelas jika memang dilanjutkan terus-menerus. Pandangan terhadap dunia dan diri sendiri menjadi semakin luas. Mulai dari sini belajar tentang berpandangan realistis dan terbuka akan segala kemungkinan.

Pandangan hidup berubah drastis. Memang tak lagi menggebu atau ambisius seperti dulu. Tapi patut disyukuri, patut disadari.

Setelah melepaskan diri dari beberapa urusan organisasi yang rasanya membuang-buang waktu, kemudian membuat langkah sendiri. Membuat keputusan, membuat kegiatan, belajar sesuatu yang dirasa penting untuk kemudian hari. Lebih pada hal-hal praktikal.

Membuat kelompok GIS, menjadi redaktur di lembaga pers, lebih serius belajar bahasa inggris, belajar teknologi, bahkan belajar sulap.

Ketika sudah lulus kini, tepatnya 3 bulan setelah wisuda, rasanya cara pandang sejak titik balik masih melekat. Tak ada yang harus disesali atas keputusan-keputusan yang sudah dibuat. Semoga semakin membaik.






Comments

Popular Posts